PETA INDONESIA

PETA INDONESIA

Minggu, 05 September 2010

Daya Pikat Tenun Kontemporer

Sukses batik di kancah dunia agaknya memancing geliat tenun. Tanpa menerjang pakem tenun klasik, sejumlah perancang ternama mencoba bereksperimen menghadirkan tenun dalam busana modern elegan.


Mengusung tema 'Sriwijaya Cross Sophistication', Chossy Latu menyuguhkan tenun songket Palembang sebagai busana pesta, semacam gaun untuk gala dinner.


Dengan sentuhan artistik, desainer lulusan London College of Fashion, Inggris, itu berhasil mengolaborasikan songket warna-warni khas dengan kain modern yang mewujud dalam busana mewah nan elegan.


Bukan hanya kreasinya yang memukau Pesta Tenun 2010. Denny Wirawan juga memesona pengunjung pesta dua tahun Cita Tenun Indonesia itu lewat mahakarya bertajuk 'Glorious Heritageous'. Perancang jebolan Susan Budhihardjo Fashion School 1992 ini mencoba menuangkan kreativitasnya dengan mengangkat tenun khas Sulawesi Tenggara.


Denny bermain-main dengan eksotika kain tradisional Kabupaten Buton Munda dan Kepulauan Wakatobi, kawasan yang terkenal keindahan alam bawah lautnya. Serangkaian gaun cocktail dan gaun malam bernuansa warna-warni cerah tercipta. Sentuhan benang metalik menjadikan tampilan busana terkesan mewah dan berkelas.


Rancangannya juga mengambil motif garis warna-warni berpadu dengan motif ikat yang membaur dalam serangkaian koleksi bergaya tahun 50-an yang klasik dan shopisticated.


Sementara, perancang Era Soekamto menuangkan kreativitasnya dengan mengolah kain tenun khas Baduy. Mengambil tema 'Intersection', ia sukses menggali potensi kain lokal yang mewujud dalam busana elegan tanpa menepikan keindahan setiap detail tenun Baduy.


Dalam balutan tema 'Romance of Heritage', Priyo Oktaviano pun tak mau kalah. Pria lulusan terbaik ESMOD Paris 2001 ini berhasil memberi sentuhan aksen China dalam kain tenun Bali. Terinspirasi dari kisah Raja Bali yang menikah dengan putri dari negeri China menjadikan mahakaryanya terlihat romantis. Idenya ia ekspresikan dalam perpaduan model kebaya Indonesia dengan busana Tionghoa. Ia wujudkan kain tenun Bali ke dalam busana cantik.

Eksotika Kain Tenun Sebagai Dekorasi Rumah

- Di tengah popularitas batik yang mendunia, kain tenun mulai dieksplorasi untuk merebut pasar modern. Fungsinya pun tak terbatas sebagai kain adat, tapi juga penunjang desain interior.


Melalui Pesta Tenun 2010 yang diselenggarakan Cita Tenun Indonesia, sebanyak 13 desainer interior mempertontonkan eksotika kain tenun klasik yang diaplikasikan dalam sejumlah perabot dan dekorasi rumah.


Dengan kreasi tanpa batas, warisan budaya tradisional itu mewujud dalam berbagai bentuk seperti, taplak meja, sarung bantal, sprei, bahkan ornamen unik ruang di sudut-sudut ruang.


Berikut sejumlah karya yang mungkin bisa menjadi ide penataan rumah menyambut Lebaran.


1. Interior Disainer Karya Andi Lim


Konsultan Disain Interior dari University of New South Wales Australia ini mengembangkan desain interior dalam balutan tema ‘Sriwijaya Return'. Andi mengeksplor bakat dan kemampuannya dalam karya seni furniture yang indah dan siap pakai.


Furnitur dining room mulai dari kursi makan hingga hiasan dinding dihias dengan beragam corak tenun nan cantik. Tak hanya itu kamar tidur pun bias terlihat lebih menawan jika diaplikasikan dengan beragam corak tenun. Mulai dari sofa hingga sarung bantal.


2. Anita Boentarman


Wanita kelahiran Bandung yang mengambil studi major desain interior di Boston ini terinspirasi dengan motif flora tenun garut. Mengangkat tema 'The Luxury of Simplicity', Anita mencipta kelambu berelemen kayu yang dikreasikan dengan teknik laser cut membentuk motif tenun garut.


3. Fifi Fimandjaja


Terinspirasi dari suasana pagi kehidupan kota metropolitan, ia mengangkat tema 'Morning Glory'. Ia berkreasi dengan memadukan bahan tekstil ikat Bali dan tenun songket untuk mencipta sudut dapur yang ceria dan colorful.


Kolaborasi desain furniture yang hangat dengan bahan nusantara eksotis yang ia lakukan menghasilkan sebuah percikan energi positif bagi siapapun yang melihatnya. Karya desainer wanita yang khas dengan kreasi elegan ini banyak diminati resor dan hotel, baik domestik maupun mancanegara.


4. Sammy Hendramianto Syamsulhadi


'A Touch of Songket Palembang in My Foyer' menjadi tema rancangannya. Desainer interior lulusan ITB ini percaya bahwa sebuah rancangan interior tak sekedar gaya hidup, tapi juga harus memikirkan estetika, fungsi, daya tahan, maintenance, waktu, aspek teknis serta teknologi.


Rancangannya yang dikemas untuk foyer didominasi warna cokelat gelap yang elegan. Ia memadukan harmoni warna yang menguatkan kesan ekletik kontemporer yang ditampilkan melalui furniture klasik dan modern.


"Saya melakukan eksplorasi dari kain tenun Palembang. Bisa diaplikasikan menjadi hiasan almari, wallpaper atau sebagai bahan disain untuk kursi. Semua bisa diaplikasikan untuk berbagai interior rumah,” katanya.